Namun, banyak orang tidak mampu mengimani hal tersebut. Semakin banyak kita ‘memberi’ maka semakin banyak kita ‘menerima’. Padahal, kekayaan sejati dihitung dari seberapa banyak yang kita berikan atau bagikan. Kebahagiaan memang sangat bergantung pada ‘faktor dalam’, bukan ‘faktor luar’.Īda yang menganggap bahwa kekayaan adalah seberapa banyak yang kita kumpulkan atau dapatkan. Ia menganggap bahwa orang-orang sekitarnya mengasihinya. Tetapi banyak orang, hidupnya hanya pas-pasan atau sekadar cukup, namun ia dapat tersenyum sepanjang hari. Sebagian lagi menganggap hidupnya dalam sepi. Banyak orang yang ‘lebih’ dalam bentuk hak milik, namun dia merasa hidupnya penuh tekanan. Kebahagiaan tidak terkait dengan hak milik. Kita bahagia karena kita mampu menikmati apa yang kita miliki. Hal itu, berhubungan dengan quote yang pernah disampaikan oleh Charles Spurgeon, seorang pendeta babtis berkebangsaan Inggris, hidup dalam rentang tahun 1834-1892, ‘ It is not how much we have, but how much we enjoy, that makes happiness.’ Secara bebas diterjemahkan, ‘ Bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa banyak yang kita nikmati, itulah yang membuat bahagia.’
0 Comments
Leave a Reply. |